Selasa, 14 Februari 2012

Gambaran Angka Kejadian Ruptur Perineum Tingkat II Di RSUD Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011

ABSTRAK

MISLAWATI ALLA, BT 08 206 “Gambaran Angka Kejadian Ruptur Perineum Tingkat II Di RSUD Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011 ”. Di bimbing oleh ASRIWATI,S.Pd.,M.Kes.

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan.
Data WHO (World Health Organisation) pada tahun 2007 tentang angka kematian ibu  sebanyak 536 perempuan meninggal akibat masalah pesalinan.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum antara lain: posisi tubuh,paritas,janin besar,ekstraksi vacum/forcep,cara meneran dan pimpinan persalinan yang salah.
Untuk mengetahui gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011, jenis penelitian yang di gunakan adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan dan dilayani di RSUD Tenriawaru dan sampel penelitian ini adalah jumlah seluruh ibu yang mengalami ruptur perineum tingkat II dan dilayani di RSUD Tenriawaru. Hasil penelitian di simpulkan adanya gambaran rupture perineum tingkat II (100%), anak besar dengan 3.500 - 4.000 sebanyak 202 orang (94%) dan 4.000 – 4.500 sebanyak 13 orang (6%), paritas I sebanyak 153 orang (71,2%) dan paritas >2 sebanyak 62 orang (28,8%), jenis persalinan normal sebanyak 110 orang (51,2%) dan persalinan di bantu alat sebanyak 105 orang (48,8%).
Dengan demikian disarankan perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum tingkat II, terutama bagi tenaga kesehatan agar  lebih profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan tentang cara mengatasi  ruptur perineum tingkat II,


Kata Kunci           :  Ruptur perineum Tingkat II
Daftar Pustaka      :  12 (2001-2010)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan melahikan adalah masalah besar di Negara berkembang dan di Negara miskin.Kematian wanita disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan dan saat melahirkan bayi,hal ini biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktifitasnya.1
Berdasarkan data WHO (World Health Organisation) pada tahun 2007 sebanyak 536 perempuan meninggal akibat masalah pesalinan. Selain itu sebanyak 99% kematian ibu masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang,rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran ibu. 2
     Angka Kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi(AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. Tahun 2002 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran.Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura 9,5 kali dari Malaysia, bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Fhilipina Departemen kesehatan menargetkan penurunan angka kematian ibu dari 26,9 persen menjadi 26 persen per 100 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per 100 ribu kelahiran yang di capai pada tahun 2010, sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6 tahun.3
     Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup sebagai angka tertinggi di ASEAN.Hal ini menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung terus menurun.Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin di capai secara nasional pada tahun 2010,yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya,diperkirakan target tersebut di masa mendatang sulit tercapai.3
     Jumlah kematian ibu maternal yang di laporkan oleh Dines Kesehatan kab.Bone dari tahun 2006-2009 sudah menurun.Tercatat pada tahun 2006 jumlah kematian ibu sebanyak 13 per 100 kelahiran hidup (perdarahan 5 orang,infeksi 2 orang,komplikasi 1 orang,eklamsia 3 orang,dan partus lama 2 orang).Pada tahun 2007 jumlah kematian ibu sebanyak 4 per 100 kelahiran hidup (perdarahan 2 orang,infeksi 1 orang,dan tipoid 2 orang).Pada tahun 2008 jumlah kematian ibu sebanyak 4 per 100 kelahiran hidup (perdarahan 3 orang dan thipoid 1 orang). Sedangkan pada tahun 2009 tercatat jumlah kematian ibu sebanyak 3 per 100 kelahiran hidup (perdarahan 1 orang danlain-lain 2 orang). 4
     Perdarahan post partum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua setelah atonia uteri. Hal ini sering terjadi pada primipara karena pada saat proses persalinan tidak mendapat tegangan yang kuat sehingga menimbulkan robekan pada perineum. Luka-luka biasanya ringan tapi kadang juga terjadi luka yang luas sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu.3
     Ruptur perineum terjadi pada hampir  semua persalinan pertama,dan tidak juga pada persalinan berikutnya.Semua laserasi perineum,kecuali yang sangat super fisial akan disertai perlukaan  vagina bagian bawah dengan derajat yang bervariasi.Robekan yang semacam itu  dapat mencapai kedalaman tertentu itu sehingga mengenai muskulus spinterani dan dapat meluas dalam dinding vagina dengan berbagai kedalaman.5
     Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum antara lain: posisi tubuh,paritas,janin besar,ekstraksi vacum/forcep,cara meneran dan pimpinan persalinan yang salah.6
     Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi lainnya pada masa nifas utamanya dengan ruptur pada perineum dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan antara lain perawatan perineum secara intensif.
     Berdasarkan masalah-masalah yang dikemukakan di atas maka penulis tertarik  untuk mengambil judul “Gambaran Angka Kejadian  Ruptur Perineum Tingkat II ” dengan variable janin besar,paritas dan jenis persalinan.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas,maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut janin besar di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011 ?
2.      Bagaimana gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut paritas di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011 ?
3.      Bagaimana gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut jenis persalinan di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009 - Juni 2011?
1.3    Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1   Maksud Penelitian
    Memperoleh gambaran tentang angka kejadian ruptur perineum tingkat II di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011.
1.3.2   Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang angka kejadian ruptur perineum tingkat II di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut janin besar di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011.
b.      Diketahuinya gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut paritas di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011 .
c.       Diketahuinya gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut jenis persalinan di RSUD Tenriawaru Kab. Bone Bulan Juni 2009-Juni 2011 .

1.4    Manfaat Penelitian
1.4.1   Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini  dapat menjadi sumber informasi dan memperkaya ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2   Manfaat Praktis
1.      Manfaat Bagi RS
Sebagai salah satu  sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan  program bagi Instansi Departemen Kesehatan khususnya di RSUD Tenriawaru dalam menyusun program perencanaan berkaitan dengan upaya pencegahan rupture perineum tingkat II.
2.      Manfaat Bagi Institusi
Sebagai bahan acuan yang di harapkan dapat bermanfaat terutama dalam pengembangan institusi yang berkaitan dengan rupture perineum tingkat II.
3.      Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang berharga karena dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II di RSUD Tenriawaru Kab. Bone.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengolahan analisa data tentang kejadian Ruptur Perineum Tingkat II di RSUD Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Juni 2009 – Juni 2011 maka dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.      Gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut janin besar, di mana presentase yang mengalami ruptur perineum tingkat II yang beresiko rendah pada berat badan 3.500 – 4.000 gram dengan jumlah 202 kasus (94%), sedangkan yang beresiko tinggi yaitu berat badan  4.000 – 4500 gram dengan jumlah 13 kasus (6%).
2.      Gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut paritas, di mana presentase yang mengalami ruptur perineum tingkat II beresiko tinggi yaitu pada paritas 1 dengan jumlah 153 kasus (71,2%), sedangkan yang beresiko rendah pada paritas >2 dengan jumlah 62 kasus (28,8%).
3.      Gambaran angka kejadian ruptur perineum tingkat II menurut jenis persalinan, di mana presentase yang mengalami ruptur perineum tingkat II yang jenis persalinan normal dengan jumlah 110 kasus (51,2%), persalinan dibantu alat (vacum) dengan jumlah 105 kasus (48,8%).
5.2 Saran
1.    Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum tingkat II,terutama bagi tenaga kesehatan agar  lebih profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan tentang cara mengatasi  ruptur perineum tingkat II.
2.    Perlu adanya registrasi lengkap pada rumah sakit tentang ruptur perineum tingkat II agar memudahkan mendeteksi secara dini faktor-faktor terjadinya ruptur perineum sehingga dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan lebih profesional.
3.    Kepada institusi untuk sebagai bahan bacaan ilmiah dan sebagai kerangka perbandingan untuk perkembangan kualitas ilmu kebidanan, serta menjadi bahan bagi mereka yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.